Samstag, 19. September 2015

Kang Kung di München

Suatu ketika aku belanja di Orient Shop, toko yang menjual sembako dari asia milik orang vietnam di München. Tujuan utama adalah memburu tempe yang langka, apalagi hari sabtu!,  karena kiriman dari belanda biasanya sampai hari selasa dan sampai akhir minggu tak akan kebagian.
Benar juga tempe habis yang ada tahu yang sudah dikemas, terus karena ingin masak sayur juga aku ambil kangkung yang dikemas plastik, cuma beberapa helai isinya, mungkin lima batang beserta daun-daun yang kurus, harganya jangan tanya.. kalau dirupiahkan mungkin 50.000 rupiah.
Kemudian datang ibu-ibu muda yang langsung menegur, dari indonesia ya?
Mungkin kasihan melihatku yang memegang kangkung kurus kering itu, lalu dia kasih tips!
"Kalau beli sayur jangan di sini, mendingan di toko sebelah! di situ jauh lebih murah", dengan sigap dia mengambil dan mengembalikan lagi sayuran dan sereh yang tadi aku sudah masukin ke keranjang belanja.
Pete yang tadi aku ambil tak jadi diambilnya karena dia bilang pete memang nggak ada di toko sebelah, haha..

Setelah bayar di kasir, lalu bergegas ke toko sebelah, toko asia juga namun namanya sulit dihafal, lagi pula nggak penting, yang penting tahu tempat dan jam buka. Aku masuk ke bagian sayur yang berada di pojok belakang yang melewati lorong sempit penuh dagangan, mirip pasar-pasar di tanah air. Memang display toko ini sangat berbeda dengan toko yang biasa aku datangi, lebih semrawut dan tumpuk undung. Aku jarang ke sini karena tahu kalau harga tempe lebih mahal sedikit dengan di toko langganan, walaupun sama pabriknya.
Pintu seng itu yang sempit menuju ruangan sayur aku buka, langsung tercium aroma daun-daunan dan hawa dingin untuk menyelamatkan barang segar dari kebusukan.

Eureka! Ternyata memang benar, di sebelah kiri ketika aku sudah berada di dalam ruangan dingin itu, ada tumpukan kangkung yang tampak segar, mirip di pasar! kangkung tersebut cuma diikat, pakai karet gelang!(di sini nggak ada bambu siladan). Masing-masing ikatan Kangkung dengan diameter kurang lebih 12 cm dijual dengan harga 1 euro! alias cuma 17.000 dengan kurs paling jelek sepanjang sejarah rupiah. 
Saya berhutang pengetahuan kepada ibu muda tadi yang tak sempat berkenalan, makasih!.
Seperti menemukan sesuatu yang selama ini dicari, dalam hati, saya berteriak kegirangan! mungkin saja rasa bahagia itu otomatis terpancar pada wajah saya ketika bayar di kasir, cuma 1 euro brow!
Karena begitu senangnya mendapat barang yang mengandung banyak zat besi itu aku lupa mengambil sereh, tapi aku rapopo. Akhirnya tumis kangkung menghiasi meja makan kami lebih sering dari pada sebelumnya. Yak Sip! oseng-oseng bung!

2 Kommentare:

  1. walah sedihe ... ada kakngkung banyak aku tanam di belakang rumah Tok ... nanti dikirim k Jerman ya he he ...

    AntwortenLöschen